Puisi JKMMA : Dip€nghujung Tahun (61-72)

 

61. Dipenghujung Tahun

Saat tak sengaja kutatap langit, planet pengembara sahabatku tersenyum manis.
Ada apa ujarnya.
Ternyata teramat tinggi juga ya langit.
Terbahak bahak ia menertawakanku.
Teramat riskan dan krusial hidupmu.
Kau tak peduli akal mustafadmu memanggil yang menyaksikan jelas ilmu laduni.
Kau khianati niat dan tujuan baik, padahal itulah yang menjadikan langkah menjadi indah.
Tinggi dan indahnya langit bukan awan yang menutupi namun kesibukanmu yang tak pernah berujung selesai hingga hampir permanen oleh atas capaian kepemilikan dunia sesaat dan tak jelas.
Yang teramat jelas... hanyalah sementara.
Akupun hanya tersenyum sedingin salju dipenghujung tahun.
(Dharmadjaya, 31 Desember 2021)

===

62. Langkah Diawal Tahun

Semut hitam sahabatku membangunkanku terlalu pagi, menanyakan surat pernyataan apakah sudah ditandatangani diatas materai.
Kenapa dihari awal tahun begini kau belum juga melangkah meski diawali dengan hanya langkah kecil ujarnya.
Sambil tersenyum sangat malu akupun segera bangun menandatangani dan menyerahkan seluruh rencana masa depan dan langkah kebijakan serta rincian anggaran padanya.
Sebenarnya aku sangat malu seperti lelucon harus menyerahkan rencana perjalanan hidupku bagai perusahaan raksasa, namun mungkin ada benarnya.
Akhirnya ia berkata... ekspektasimu amat realistis, profesional, cukup ambisius dan selaras dengan tujuan.
Selamat berlayar menuju dermaga impian.
(Dharmadjaya, 01 Januari 2022)

===

63. Lari Terbirit-Birit

Terdengar sayup-sayup entitas supranatural penuh spekulasi ranting kering patah bahwa telah berlalu orang-orang terdahulu dengan cerita indah dan kepahitannya.
Tak setiap yang terakhir dan berakhir itu menakutkan menyakitkan, boleh jadi begitu indah mengawali sesuatu yang teramat indah.
Asalkan ...
Hak intelektual kecerdasan dan kebijaksanaan tak tergadai hingga pengkarakterisasian yang membatu hiperbola.
Logika yang dibolak balik, diadu domba, dihasut dan terjebak sehingga dinding hati perlahan rapuh terlena dibuai.
Lari terbirit-birit dari perang.
(Dharmadjaya, 13 Januari 2022)

===

64. Meski Sebatas Niat

Keperluan dan keinginan, urusan dan kepentingan menjajal keras detik demi detik, hari harimu.
Hingga tak sadar...
Wajahmu kusut pucat seakan belum dicuci disetrika.
Haruskah setiap kita mengerti cara mendaki gunung dan menuruni lembah.
Yakinlah...
Kekecewaan atas dunia adalah isyarat bahwa hanya Dia yang tak mengecewakan.
Dan...
Berjuang adalah jalan kehambaan adapun ketentuan adalah hakNya.
Apabila... rasa syukur dan cinta itu kelak datang.
Apapun takkan pernah mampu menahan menghalangi.
Perlahan kau cuci sajalah wajahmu meski terlihat enggan.
Tak mengapa.
Meski hanya masih sekedar sebatas niat.
Berteduh dibawah lindunganNya
(Dharmadjaya, 15 Februari 2022)

===

65. Dikejar Sang Waktu

Alasanmu teramat lemah.
Kau yang dikejar sang waktu. Lalu... memaksa diri berlayar disamudera ketidakpastian. Hingga... dihadang gelombang tinggi, perkara rumit dari drama tak jelas penuh resiko tenggelam.
Bahkan... nekat tanpa mengenakan pelampung standar operasional prosedur.
Terjebak khayalan tentang "seandainya aku"
Rajin, gigih, semangat dan sabar adalah perhitungan.
Tak mengapa dan tidak juga terlambat jika ingin kembali dan menyesali langkah.
Lalu memulai dari awal.
Daripada harus membahayakan jiwa dan ragamu.
Jangan lepas apa yang kau inginkan jika benar dan baik.
(Dharmadjaya, 18 Februari 2022)

===

66. Jejak Petualang Waktu

Terseret bilur bilur penyesalan kemarin dan terpenjara kekhawatiran esok hanya akan sangat melukai lelah langkah perjuangan hari ini.
Yang lalu adalah instropeksi dan nanti adalah tentang kebijaksanaan, mengawal jejak langkah sang petualang waktu.
Meski... hari ini tak harus ideal proporsional.
Bercanda dan bermain diekspresi perasaan yang salah bagai menghadirkan cinta dan rezeki diketerpaksaan bukan datang menghampiri.
Rasa yang baik adalah keindahan dan rasa yang benar adalah tentang kelembutan tak tergesa gesa.
Hingga jiwa mampu menerima dan menyesuaikan dengan Dia yang maha lembut.
(Dharmadjaya, 04 Maret 2022)

===

67. Terlihat Anggun

Selagi semasih jantung berdetak meski pelan tetaplah hati tersenyum.
Agar...
selendang apapun yang dikenakan tetap terlihat anggun.
Takkan pernah mampu tubuh tetap kekar cantik dan sehat meski dibalut topeng berjuta kepalsuan.
Senyumlah tanpa diiringi miskin makna dan penjelasan.
Hingga mampu melewati berjuta rintangan dan membendung tetesan air mata.
(Dharmadjaya, 10 Maret 2022)

===

68. Hatipun Tersenyum

Sulit juga ya, memberikan definisi rindu cinta yang diterjemahkan dengan kata secara benar tepat dan cerdas.
Aku sedang berjuang mencintaiNya kata capung pada semut hitam sahabat kecilku.
Apa itu cinta dan berjuang. Adakah rindu itu seperti seorang anak lama tak jumpa ayahnya.
Semutpun berpesan.
Jangan hanya kau pahami dengan hanya akal tapi juga hatimu agar jiwamu mampu terbang tinggi tanpa terbakar matahari.
Hatikupun tersenyum dan segera berlalu takut diminta menjelaskan.
Seperti kemarin dulu tentang pasrah sepenuhnya atau sebagian ikhtiar agar panen kebun tak terbakar penyesalan.
(Dharmadjaya, 22 Maret 2022)

===

69. Secawan Anggur

Pagi tadi burung pipit tersenyum menyapaku. Siang ini matahari.
Entahlah malam nanti.
Adakah bintang atau rembulan tersenyum padaku.
Jika tidak.
Aku yang akan menyapanya terlebih dahulu dengan senyum manis khasku dan kutuangkan secawan anggur cinta dari mata air hatiku.
Biarlah kita sedikit menyediakan waktu untuk yang lain.
Tanpa egois berkata... aku sibuk, tak punya waktu tuk menyapamu.
Waktu yang ada aja tak cukup bagiku.
(Dharmadjaya, 23 Maret 2022)

===

70. Daftar Kerja

Kuperhatikan... daftar kerjamu hari ini menumpuk hingga tak sempat berolahraga dan bermain.
Kemarin... daftar pustaka buku yang kau baca juga bertumpuk hingga tak sempat menilai dan merasa.
Adakah itu hanya untuk pemuas kebutuhan, status sosial.
Ataukah ibadah.
Bekerjalah dengan cinta dan rasa.
Seakan akan sedang bermain dengan riang gembira.
lalu... pekerjaan itupun menjelma menjadi halal diiringi nikmat dan dipenuhi keberkahan.
(Dharmadjaya, 24 Maret 2022)

=== 


71. Air mata

Temanku... temanku.
Ada ada aja, pertanyaanmu malam ini.
Adakah sama rindu dan air mata.
Sekarang begini... kau saja yang mencoba sendiri, lalu teliti adakah sama air mata tertusuk duri tajam dan duka yang mendalam.
Periksa bentuk partikelnya dan coba cicipi rasanya.
Jika berbeda... nanti beritahukan padaku.
Lalu aku mohon pamit pulang sambil tertawa geli dihati hingga air mata mengalir tipis.
 (Dharmadjaya, 24 Maret 2022)

===

72. Padamu Do'a

Selamat siang padamu do'a.
Rasa terdalam ingin meminta padaNya.
Namun... malu takut bagai pengemis, mengatur layaknya bos, menagih upah seperti pekerja.
Padamu do'a kudekati. Namun... khawatir tak pandai bersyukur.
Duhai do'a... ajari aku tentang adab, waktu dan keutamaan agar tak menyesakan dada.
(Dharmadjaya, 02 April 2022)

===



 

Tidak ada komentar: